Latest Post

Pantai Congot, Nuansa Khas Pantai Nelayan

Written By Unknown on Sabtu, 16 Februari 2013 | 07.06

      Pantai Congot adalah pantai wisata yang paling tepat dikunjungi setelah bertandang di Pantai Glagah. Kedua pantai itu berjarak sangat dekat dan dihubungkan oleh jalan beraspal halus yang bahkan cukup mudah ditempuh menggunakan sepeda. Terletak di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Pantai Congot menjadi pusat kegiatan warga sekitar yang menggantungkan hidup dengan mencari ikan.Keindahan pemandangan bisa dijumpai bahkan selagi anda masih dalam perjalanan menuju pantai ini. Sepanjang jalan yang menghubungkan Wates dengan Pantai Congot, anda bisa bisa menyaksikan hamparan sawah hijau dan aktivitas warga desa di Kulon Progo yang umumnya menjadi petani. Seperti dataran dekat pantai di wilayah lain, jalan-jalan menuju Pantai Congot juga dihiasi oleh deretan pohon kelapa.
Pantai Congot memiliki pesona tersendiri dibanding pantai-pantai lainnya sebab nuansa nelayan dan perikanannya yang begitu kuat. Di sepanjang garis pantainya, anda bisa melihat aktivitas warga sekitar dan wisatawan lokal memuaskan kegemaran memancing. Di sudut lain, terdapat para nelayan yang tengah menjala ikan di tepi pantai, menghancurkan cangkang rajungan yang melekat di jala ataupun membersihkan perahu.Hiruk pikuk para nelayan dengan rentetan aktvititas hariannya bisa disaksikan bila anda berkunjung pada jam yang tepat. Pagi hari, biasanya para nelayan berangkat menuju lautan dengan menggunakan perahu-perahu bermotor yang dimilikinya. Sementara menjelang siang, seperti saat YogYES berkunjung, para nelayan biasanya telah kembali membawa ikan hasil tangkapan yang kemudian disetor ke tempat pelelangan ikan wilayah setempat.Menuju tempat pelelangan ikan, anda bisa melihat aktivitas para wanita nelayan yang membersihkan ikan hasil tangkapan dan menjualnya kepada beberapa pembeli. Sementara aktivitas jual beli berlangsung di tempat pelelangan ikan, pria-pria nelayan biasanya sibuk membersihkan kapal dan menghancurkan rajungan yang biasa melekat pada jala dan seringkali membuatnya sobek. Seluruhnya berlangsung dari tengah hari hingga menjelang sore.Bila menggemari aktivitas memancing atau mencari ikan, anda bisa memuaskannya di pantai ini. Cukup membawa peralatan memacing, anda sudah bisa menjajal peruntungan untuk mendapat ikan. Bila tak memiliki alat pancing, anda bisa menggunakan jala kecil dan menyusuri tepi pantai untuk mencari ikan. Berkunjung dengan rekan dan memancing bersama pasti akan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan mengakrabkan.Meski tak begitu banyak jumlahnya, sejumlah warga sekitar membuka warung kecil yang menjajakan sea food sebagai menu utamanya. Menikmati hidangan sambil melihat aktivitas para nelayan tentu memberikan nuansa berbeda dibanding jika menikmatinya di restaurant tengah kota. Bau sedap ikan goreng dan bakar akan segera menyergap hidung ketika hidangan tengah dimasak, mengundang selera untuk segera menikmatinya.
Usai menikmati aktivitas nelayan dan menikmati hidangan sea food, anda bisa berjalan ke barat untuk menikmati pemandangan muara Sungai Bogowonto. Anda bisa berdiri di bangunan jetty (semacam tanggul) yang berada di tepian hilir sungai atau batu-batuan di tepian muaranya. Pertemuan air tawar sungai dan air asin laut inilah yang membuat wilayah tepi Pantai Congot kaya beragam jenis ikan. Di muara sungai itulah, beragam jenis ikan terdapat dalam jumlah yang cukup banyak.
Untuk berkunjung ke Pantai Congot, anda tak perlu membayar biaya tambahan. Kunjungan ke pantai ini sudah termasuk dalam tiket wisata menuju Pantai Glagah. Letak Pantai Congot yang sangat dekat dengan Pantai Glagah tentu cukup menjadi alasan untuk mengunjunginya. Nuansa nelayan dan perikanan yang begitu kuat menjadikan pantai ini tetap memiliki kekhasan dan tak bisa begitu saja disamakan dengan Pantai Glagah.

Tari "Topeng Ireng" Cahyo Kawedan Kalibawang Kulonprogo, Lestarikan Syiar Islam Dengan Seni Silat

Pada pembukaan Pasar Kangen Jogja 2010 di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (26/6) adalah kesempatan tampil bagi kelompok kesenian tradisional Cahyo Kawedan Kalibawang Kulonprogo dihadapan masyarakat Kota Yogyakarta.
16 penari dengan satu kepala suku mementaskan tari Topeng Ireng dihadapan ratusan pengunjung PKJ. Menurut Sumarjono , Koordinator Kesenian Cahyo Kawedan Kalibawang Kulonprogo, tari Topeng Ireng adalah perwujudan seni tradisional yang menghadirkan kolaborasi syiar agama Islam serta pencak silat. Tari Topeng Ireng ini berasal dari wilayah Magelang. Saat ini budaya tradisional ini sudah menyebar ke banyak wilayah di DIY seperti Sleman dan Kulonprogo. Tari Topeng Ireng ini mudah dikolaborasikan dengan musik tradisional.Alat musik tradisional yang digunakan untuk mengiringi tarian Topeng Ireng antara lain kendang, bende serta saron. Pada pementasan pada pembukaan PKJ 2010 Sabtu (26/6) kelompok kesenian Cahyo Kawedan mementaskan salah satu jenis tari Topeng Ireng yaitu Rodat yang berarti dua kalimat syahadat. Selain  Rodat, ada juga Monolan yang melibatkan penari dengan pakaian membentuk hewan seperti macan dll. Monolan ini menurut Sumarjono adalah bentuk tarian Topeng Ireng yang melibatkan unsur mistik serta gerak pencak silat yang kuat. Sementara untuk Rodat ditampilkan dengan gerakan-gerakan kaki dan tangan pencak silat sederhana. Penari-penari Topeng Ireng Rodat hadir dengan kostum tari yang sederhana namun menarik. Pada tutup kepala, mereka menggunakan kuluk dari bulu ayam, dan menthok warna-warni. Untuk kostum badan mereka menggunakan kaos biasa dan rompi berumbai-rumbai pada bahu dan melapisi celana karet yang mereka pakai. Para penari juga mengenakan sepatu boot dengan dilapisi puluhan klinting kecil sehingga menghadirkan suara gemerincing yang memikat. Penampilan Rodat berlangsung selama kurang lebih 50 menit. “ Biasanya waktu penampilan ini bisa dibuat fleksibel tidak harus berlama-lama. Bisa dibuat 15 menit, 10 menit bahkan 5 menit saja,” kata Sumardjono. Arti Topeng Ireng Diterangkan Sumarjono, tari Topeng Ireng belum diketahui kapan pertama kali muncul. Tarian ini berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto berarti Menata. Lempeng artinya lurus. Irama adalah nada dan Kenceng berarti Kencang. Topeng Ireng berarti penarinya berbaris lurus dengan irama yang penuh semangat. “Tari Topeng Ireng adalah gambaran kebersamaan, kekompakan dan semangat tinggi serta kerja keras dalam menjalankan kebenaran,” kata Sumardjono sembari menambahkan alunan irama pada lagu bernuansa religi dengan isi syair agama Islam yang menyatu dengan gerak dan suara penari sehingga menghadirkan kedinamisan. Topeng Ireng sebetulnya merupakan metamorfosa dari kesenian tradisional Kubro Siswo. Agar lebih menarik kaum muda, pengembangan unsur-unsur artistik yang ada dikemas dan disesuaikan dengan tuntutan kualitas garapan koreografi seni pertunjukan yang inovatif. Sehingga, seni topeng ireng memiliki daya tarik tersendiri.(joe)

Kesenian Daerah Kulon Progo 1

Tari Angguk, Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Dari sendratari sampai dengan permainan alat musik tradisional.  Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia.  Begitu juga dengan musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan oleh suku-suku di Indonesia yang bermacam-macam.  Indonesia memiliki ribuan jenis musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas. Musik tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan, angklung dan keroncong
Tari-tarian dan musik daerah  ada berbagai macam jenisnya, tergantung dari maksud dan tujuan ditampilkannya tarian daerah tersebut. Seperti di  daerah Kulon Progo yang   mempunyai bermacam-macam tarian daerah seperti   tari angguk,  tari incling, dan lain-lain, juga permainan musik tradisional krumpyung.  Pada umunya tarian daerah mempunyai tema tertentu.  Berikut ini adalah macam-macam tarian dan seni musik tradisional dari daerah Kulonprogo : 

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Dari sendratari sampai dengan permainan alat musik tradisional.  Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia.  Begitu juga dengan musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan oleh suku-suku di Indonesia yang bermacam-macam.  Indonesia memiliki ribuan jenis musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas. Musik tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan, angklung dan keroncong
Tari-tarian dan musik daerah  ada berbagai macam jenisnya, tergantung dari maksud dan tujuan ditampilkannya tarian daerah tersebut. Seperti di  daerah Kulon Progo yang   mempunyai bermacam-macam tarian daerah seperti   tari angguk,  tari incling, dan lain-lain, juga permainan musik tradisional krumpyung.  Pada umunya tarian daerah mempunyai tema tertentu.  Berikut ini adalah macam-macam tarian dan seni musik tradisional dari daerah Kulonprogo :


Tari Angguk merupakan tarian tradisional yang dibawakan secara berkelompok. Tarian ini mengambil cerita dari Serat Ambiyo dengan kisah Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono. Durasi tari Angguk berkisar antara 3 sampai 7 jam. Dibawakan oleh penari yang berjumlah 15 wanita. Kostum yang dipakai oleh penari adalah baju mirip baju serdadu Belanda yang dihiasi dengan gombyok barang emas, sampang, sampur, topi pet warna hitam, dan kaos kaki warna merah atau kuning dan mengenakan kacamata hitam. Beberapa grup Angguk yang cukup populer antara lain : Group Angguk Putri Sri Lestari dari Pripih, Angguk Mekar Perwitasari dari Tlogolalo, Hargamulyo, Kokap, Angguk Putri Puspa Rini dari desa Kulur, kecamatan Temon


 Incling


Incling merupakan tarian rakyat tradisional yang mempunyai tema cerita yang diambil dari cerita Panji. Kesenian incling ini dibawakan secara berkelompok dengan jumlah penari 15 atau 17 orang.Pertunjukan ini biasanya diadakan di tempat terbuka dengan durasi 3 sampai 4 jam. Meskipun penarinya laki-laki semua. Selain itu, yang juga menarik dan disukai penonton adalah peran tokoh pentul, bejer, serta kethek atau kera. Beberapa grup Incling yang ada antara lain berada di desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, desa Sindutan, kecamatan Temon, dan di desa Tanjungharjo, kecamatan Nanggulan.

Sangat beragamnya kesenian daerah di Kulon Progo dimana jika Anda menyukai tari-tarian daerah maka  Anda akan menemukan beragam tari daerah asal Kulon Progo yang menarik

Debbie / bd-kabupaten Kulon Progo

Tari-tarian daerah Kulon Progo

Wates, Oglek merupakan salah satu kesenian rakyat tradisional dengan jenis tarian berkelompok yang biasa dipentaskan di tempat terbuka dengan durasi kurang-lebih 1 sampai 2 jam. Pentas Oglek diiringi dengan seperangkat alat musik berupa 3 terbang sesar, 1 terbang kecil, 2 bende, 1 kendang, 1 gong, dengan sistem nada slendro. Biasanya dalam pentas Oglek ini ada penari yang "in trance", dalam bahasa jawa "kesurupan". Beberapa grup Oglek yang ada antara lain berada di desa Tuksono, kecamatan Sentolo, desa Tanjungharjo, kecamatan Nanggulan, dan di desa Krembangan, kecamatan Panjatan.

Tarian Bertemakan Cerita Panji

Tari Incling merupakan tarian rakyat tradisional Kulon Progo yang bertemakan cerita yang diambil dari cerita Panji. Kesenian incling ini dibawakan secara berkelompok dengan jumlah penari 15 atau 17 orang.Pertunjukan ini biasanya diadakan di tempat terbuka dengan durasi 3 sampai 4 jam. Meskipun penarinya laki-laki semua, tetapi ada peran wanita yang diperankan oleh laki-laki yang disebut "cepet wadon". Selain itu, yang juga menarik dan disukai penonton adalah peran tokoh pentul, bejer, serta kethek atau kera. Beberapa grup Incling yang ada antara lain berada di desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, desa Sindutan, kecamatan Temon, dan di desa Tanjungharjo, kecamatan Nanggulan.

Tari Jathilan Dengan Penari yang Dinamis

Jathilan merupakan kesenian rakyat tradisional berbentuk tarian kelompok dan dibawakan oleh penari berjumlah 14 orang laki-laki. Penari yang berperan sebagai wanita disebut wewe. Jathilan yang merupakan tari kelompok yang terdiri dari 2 barongan, 1 penthul, 1 bejer, 1 wewe, dan 1 gendruwo serta 6 orang prajurit. Pertunjukan Jathilan ini diselenggarakan di tempat terbuka yang cukup luas karena gerakan dari penari yang sangat dinamis. Salah satu yang menarik dari tarian ini adalah adanya penari yang " kesurupan". Saat ini kesenian Jathilan ini masih hidup dan berkembang dengan baik di semua kecamatan yang ada di Kulon Progo.
 

Avanza Dipinjam, Ridwan Lapor Polisi

Written By Unknown on Rabu, 13 Februari 2013 | 03.38

PENGASIH-Nasib nahas dialami Ridwan Budi Antoro,37, seorang pengusaha rental mobil di Kulonprogo.
Warga Secang, Sedangsari, Pengasih itu, Selasa (12/2/2013) melaporkan Widodo Adi Saputro, warga Banyuroto, Nanggulan, karena diduga membawa kabur Toyota Avanza yang dipinjamnya. Akibat perbuatan pelaku, korban mengalami kerugian sebesar Rp130 juta.
Informasi yang dihimbun menyebutkan, awal Desember tahun lalu, pelaku datang ke rumahnya untuk menyewa mobil Toyota Avanza AB 1423 BQ. Peminjaman dilakukan dalam jangka waktu satu bulan dengan biaya Rp3,5 juta yang dibayar kontan.
Namun setelah sebulan, pelaku datang ke rumah korban tapi tidak membawa serta mobil tersebut. Dia bahkan berjanji akan mengembalikan mobil, 10 Februari lalu. Kesepakatan itu dituangkan dalam surat perjanjian.
Akan tetapi, hingga tanggal yang ditentukan, pelaku tidak kunjung mengembalikan mobil tersebut. Korban pun berusaha menagih namun tidak mendapatkan kepastian kapan mobil akan dikembalkan. Kesal dengan pelaku, korban kemudian melaporkan ke Polres Kulonprogo.
Kasubag Humas Polres Kulonprogo, Ajun Komisaris Kaswadi mengatakan kasus tersebut tengah didalami penyidik Satreskrim.

Jemur Baju, Pasutri Tewas Kesetrum

PANJATAN-Nasib tragis dialami Sumijan, 42, beserta istrinya, Umi Sukaristi, 40, Pedukuhan VII, Desa Cerme, Panjatan, Rabu (13/2/2013) pagi. Sepasang suami istri ini tewas seketika setelah tersengat kawat jemuran beraliran listrik.
Informasi yang didapatkan menyebutkan, saat itu Umi hendak menjemur pakaian di tempat penjemuran yang terletak di samping rumahnya. Rupanya ibu dua anak ini tidak menyadari kalau kawat penjemuran itu tersangkut pada kabel pompa air. Kontan saja tubuhnya langsung tersengat aliran listrik ketika meletakkan pakaian basah ke kawat jemuran.
Sumijan yang melihat istrinya tersengat bermaksud menolong. Namun, dirinya mencoba menyingkirkan tubuh istrinya dari kawat beraliran listrik dan lupa tidak memutus aliran listrik melalui meteran. Akibatnya, dia pun ikut tersengat listrik.
Kakak Sumijan, 47, mengatakan dirinya melihat tubuh adik dan iparnya sudah tergeletak di tanah. Awalnya, Sumijan bersama dirinya berada di sawah, sebelum pulang untuk mengambil air di rumahnya.
“Mungkin saat melihat istrinya kesetrum dia langsung mau menolong, tapi justru dia ikut kesetrum,” katanya.
Beberapa warga yang datang tidak gegabah untuk menolong pasangan suami istri itu. Mereka mencoba memutus aliran listrik melalui meteran. Oleh warga kedua korban coba dilarikan ke RSUD Wates. Namun upaya itu sia-sia karena keduanya tewas di tempat kejadian.
Begitu menerima laporan ada warga tewas kesetrum, Polsek Panjatan segera melakukan olah TKP. Berdasar penyelidikan, polisi menyatakan kalau kejadian ini murni akibat kecelakaan.

Spekulan Tanah di Kulonprogo Diminta 'Tiarap'

YOGYAKARTA -- Sekretaris Daerah Kulonprogo, Budi Wibowo, meminta kepada para spekulan tanah di Kulonprogo untuk 'tiarap'. Hal itu berkaitan dengan rencana akan dibangunnya bandara internasional di Kulonprogo yang mengakibatkan para spekulan menaikkan harga tanah yang cukup tinggi.

''Saya justru khawatir kalau spekulan tanah tidak tiarap malah rugi besar.  Apalagi kalau dia sudah membeli dengan harga mahal, tetapi tertanya tim appraisal membeli di bawah yang dia beli,''kata Budi pada wartawan di Kepatihan Yogyakarta, kemarin.

Budi mengatakan kalau betul bandara internasional itu akan dibangun di Kulonprogo, harga tanah akan ditentukan oleh tim appraisal dan mereka akan mengetahui kapan terjadinya transaksi dan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) berapa. Sehingga, kata dia, kalau spekulan tanah tidak terima dengan harga yang ditentukan oleh tim appraisal maka akan dilakukan uji publik.

Kalau uji publik tidak terima, spekulan tanah dipersilakan ke PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara). Apabila selama 30 tahun tidak terima dengan putusan PTUN diberi peluang ke Mahkamah Agung. ''Apabila spekulan tidak terima dengan putusan tidak masalah, karena uang akan dititipkan ke pengadilan,'' jelas dia.

Menurut Budi, posisi spekulan tanah itu menghambat rencana pembangunan bandara internasional di Kabupaten Kulonprogo. Apabila spekulan tanah tidak terkendali, pihak PT Angkasa Pura akan mengalihkan ke Bantul atau tempat lain.

Pihaknya tetap berharap bandara internasional tetap di Kulonprogo. Karena itu dia berharap dari PT Angkasa Pura ada perkembangan. ''Karena kami yang di lapangan harus mengantisipasi supaya terjaga kondusifitasnya dan tentunya dalam mempersiapkannya tentu lebih mudah,'' tutur dia.

Lebih lanjut Budi mengatakan, rencananya Jumat (15/2), Pemerintah Kabupaten Bantul bersama Badan Pertanahan Nasional akan melakukan pemetaan di atas tanah seluas 637 hektar yang di masterplan kabupaten Gunungkidul tanah tersebut yang berada di wilayah Glagah sampai Sindutan sepanjang 5,4 kilometer  direncanakan untuk bandara. Dalam pemetaan ini nantinya akan diketahui tanah tersebut milik siapa saja.

Sumber.Republika.co.id

Bupati Kulonprogo Panen Penghargaan

Written By Unknown on Minggu, 10 Februari 2013 | 06.53

WATES  - Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo SpOG(K) panen penghargaan. Setelah mendapat penghargaan "LOS Award" Kamis (11/1/2013), Hasto meraih award lagi yakni penghargaan "Damandiri  Award". Penghargaan "Damandiri Award" tersebut diserahkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono di Malang Jawa Timur, Jumat malam (11/1/2013).

Hasto Wardoyo mengungkapkan penghargaan yang diterima merupakan keberhasilannya dalam menggerakkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dan kelompok wirausaha di pedesaan. “Di Kulonprogo dengan melipatgandakan kelompok wirausaha terdiri dari orang miskin tergabung dalam Kelompok Asuh keluarga Binangun (KAKB). Dengan langkah itu, rupanya Yayasan Damandiri merasa sesuai dengan yang telah diprogramkan, sehingga mendapat penghargaan sebagai Bupati Penggerak Posdaya Terbaik,” tuturnya.

Upaya tersebut, ditegaskan Hasto, yang dilakukan selama ini bukan untuk tujuan meraih penghargaan. Namun upaya itu bersinergi antara yang dilakukan Pemkab Kulonprogo bagi pemberdayaan masyarakat miskin dengan kegiatan yang dilakukan Yayasan Damandiri.  (Wid)

Sumber : Kedaulatan Rakyat

Mantan Bupati Kulonprogo, Toyo Santoso Dipo, diperiksa penyidik Kejaksaan

KULONPROGO—Mantan Bupati Kulonprogo, Toyo Santoso Dipo, diperiksa penyidik Kejaksaan Negeri Wates terkait dengan kasus korupsi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Banyuroto. Selama 2,5 jam dia dicecar pertanyaan di Kejari. Adanya pemeriksaan pada Kamis (31/1/2013) membuat Kejari sudah memeriksa 20 saksi kasus korupsi TPAS Banyuroto. Kepala Seksi Intelijen Kejari Wates, Arif Muda Dharmanta, mengatakan selain Toyo, kemarin penyidik juga memeriksa tiga saksi lainya.Mereka yakni Puji Hartono selaku anggota tim sembilan pengadaan tanah serta dua makelar tanah, yaitu Heribertus Sambudi dan Suyono. “Para saksi diperiksa dari jam sembilan pagi. Mereka ditanya berbagai hal mulai dari awal pegadaan tanah,” ucapnya.
Keempat orang itu diperiksa sebagai saksi dengan tersangka Sarjono, ketua Tim Sembilan, yang saat ini menjabat Asisten Sekretaris Daerah bidang Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat. Toyo diperiksa dalam kapasitasnya sebagai bupati aktif saat kasus korupsi ini terjadi pada 2006 silam.
Selain itu, Toyo juga masuk dalam panitia pengadaan tanah sebagai penanggung jawab umum. Pemeriksaan terhadap Bupati Kulonprogo selama dua periode itu berlangsung sampai pukul 11.30 WIB.
Ditemui seusai pemeriksaan, Toyo mengaku diperiksa karena saat tim tersebut dibentuk pada 2006 lalu dia menjadi Bupati Kulonprogo. Dengan jabatan itu otomatis dialah penanggung jawab umum yang membentuk Tim Sembilan, sebutan untuk tim pengadaan tanah.
“Saya ditanya persoalan administrasi, seperti kebenaran pembentukan tim serta segala macam surat keputusan yang dikeluarkan. Total pertanyaan tidak lebih dari 10. Kami lebih banyak ngobrol-ngobrol biasa,” ucap bupati periode 2001-2006 dan 2006-2011 itu.

Sumber : solopos

Broker Tanah Bandara Sulit Dibendung

Written By Unknown on Selasa, 05 Februari 2013 | 06.41

KULONPROGO—Pemerintah Desa Palihan menegaskan sulit membendung para broker tanah yang kemungkinan beraksi di lahan calon lokasi bandara mengingat Pemdes tidak punya kewenangan untuk menentukan harga tanah.Di wilayah Palihan, sampai saat ini sudah ada satu sampai dua kali transaksi beli-jual tanah.  Pembeli tanah itu ada yang diketahui berasal dari luar Kulonprogo. Sekretaris Desa Palihan, Nasrul Efendi, mengaku belum tahu warga luar daerah itu.“Tanah dibeli dengan jumlah puluhan sampai ratusan meter persegi dengan harga Rp350.000 per meter,” ucapnya, Senin (4/2/2013). Berdasarkan rata-rata Nilai Jual Objek Pajak, tanah di wilayah Palihan sekitar Rp10.000 per meter. Pemerintah Kabuten Kulonprogo juga tidak kuasa membendung pergerakan broker tanah.Ketua Tim Bandara Kulonprogo, Triyono, mengatakan Pemkab cuma bisa meminta Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk tidak segera memproses administrasi kepemilikan lahan yang berada di wilayah bakal calon megaproyek.
Kepala Desa Sindutan, Kecamatan Temon, Pradi, mengatakan di desanya harga tanah di beberapa posisi strategis mencapai Rp330.000 permeter. Di seputaran Dusun Bayeman, tepatnya di sebelah timur Gereja St. Arnoldus, harga tanah sudah mencapai Rp800.000 per meter.

sumber: Solopost

Kecelakaan di Kulon Progo


SENTOLO-Nasib nahas dialami sepasang kekasih, di Jalan Jogja-Wates, Km 20, Desa Sukoreno, Sentolo, Selasa (5/2) siang. Keduanya tewas seketika, saat sepeda motor Honda Vario AB 6758 CL yang dikendarainya bersenggolan dengan truk yang melintas. Adapun dua korban tewas tersebut adalah Dwi Yulianto,23, warga Ngramang Kedungsari Pengasih serta kekasihnya, Wasi Rasyid Hidayah,22, mahasiswi sebuah perguruan tinggi kesehatan, warga Jogonalan, Tirtorahayu, Galur.

Salah satu saksi, Irma, 15 mengatakan kedua korban melaju dari arah selatan menuju ke utara. Sesampai di lokasi kejadian, tepatnya di sebuah jembatan sebelum Balaidesa Sukoreno, dari arah yang berlawanan meluncur sebuah bus penumpang Efisiensi dan sebuah truk.
Saat truk berusaha mendahului bus dengan kecepatan tinggi, bak truk langsung menyenggol kedua pengendara sepeda motor hingga keduanya jatuh.
“Setelah itu terdengar sepeti suara ban meletus. Laki-laki tertelungkup di tengah jalan, terlempar sekitar 20 meter dari jembatan. Tangan kanannya putus. Yang perempuan di tepi jalan, terlentang, kakinya sobek di pangkal paha,” ujar saksi.
Sementara warga sekitar lokasi langsung melaporkan kejadian itu ke Polsek Sentolo. Petugas lalu lintas gabungan Polsek dan Polres Kulonprogo kemudian mendatangi lokasi kejadian. Oleh petugas, kedua korban tewas dibawa ke RSUD Wates.

Wisata Puncak Suroloyo Kulon Progo Yogyakarta

Puncak suroloyo berada di jajaran pegunungan menoreh dan merupakan bukit tertinggi yakni berada di 1.091 m diatas permukaan laut. Berada di keceme, desa Gerbosari, kecamatan samigaluh, 45 km dari yogyakarta. Tepat berada diperbatasan antara yogyakarta dengan jawa tengah. Satu kaki berada diwilayah yogyakarta sedangkan satu kaki bisa kita pijakkan ke kecamatan Borobudur Jawa tengah.
Dari puncak suroloyo dapat kita saksikan puncak dari Candi Borobudur dan juga Gunung Merapi yang bersanding dengan gunung merbabu demikian juga gunung sumbing yang bersanding dengan sindoro. Jika anda beruntung dari puncak ini juga dapat menikmati sunset ataupun sunrise yang sangat elok.
Puncak suroloyo tidak terlepas dari mitos bahwa tempat tersebut dahulunya sebagai tempat bertapanya Sultan Agung Hanyokro Kusumo dimna beliau mendapatkan wangsit akan memerintah tanah jawa. Oleh karena itu puncak ini disebut sebagai Kiblat Pancering Bumi (pusat dari empat penjuru) tanah jawa. Bahkan pada masa Hindu kuno mempercayai bahwa letak kayangan atau tempat para dewa berada puncak himalaya yang merupakan gunung tertinggi di dunia, untuk menggambarkan tempat kediaman para dewa tersebut para pendeta hindu ditanah jawa memakai puncak suroloyo sebagai peraga kayangan tersebut.
Kondisi puncak suroloyo sekarang ini sudah berbenah dengan beberapa tambahan fasilitas yang membuat nyaman para pengunjung. Fasilitas yang ada saat ini salah satunya berupa penerangan dengan tenaga matahari yang mampu menerangi puncak suroloyo, karena tempat ini terlebih pada malam satu muharram banyak dikunjungi oleh pengunjung. Kemudian tersedianya menara suar yang semakin memeperindah puncak suroloyo, karena di menara suar ini terpasang lampu dengan watt yang tinggi serta dapat berputar 360o sehingga dapat terlihat dari kejauhan. Demikian juga penerangan disepanjang jalan naik ke puncak suroloyo sudah terintegrasi dengan baik sehingga pengunjung yang ingin menikmati sunrise biasanya datang pada tengah malam atau dini hari atau para pencari waktu sunset pasti mereka akan meninggalkan tempat ini dalam kondisi yang sudah gelap, hal ini yang mendorong pihak Dinas Pariwisata Kulon progo menata penerangan di puncak suroloyo ini.
Saat ini juga ada wahana baru yang dapat anda nikmati jika berkunjung ke Puncak Suroloyo, yakni sesuatu yang dapat memberikan tantangan sekaligus memacu adrenalin kita yakni Flying Fox yang berada disisi barat puncak suroloyo. Flying fox ini melintasi diantara tebing dan jurang yang sangat dalam. Pada tempat flying fox ini jelas terlihat puncak suroloyo yang sangat indah dan juga pemandangan arah samigaluh. Untuk sarana infrastruktur jalan beberapa titik sudah diperlebar, ini guna kelancaran dan keselamatan para pengunjung yang hendak berwisata di puncak suroloyo ini.
Untuk menuju ke Puncak Suroloyo ini belum tersedia angkutan umum, kita mesti harus membawa atau menggunakan kendaraan pribadi.untuk menuju puncak suroloyo perlu diperhatikan bebrapa hal karena medan jalan yang sangat berat berupa tikungan tajam dan tanjakan terjal serta beberapa ruas jalan yang masih sempit memerlukan kondisi kendaraan yang fit serta sopir yang handal dan menguasai medan jalan yang kanan kiri berupa jurang yang dalam. Rute yang bisa di tempuh : dari Yogyakarta kearah jl. Godean-Kenteng-Nanggulan-Kalibawang-Suroloyo atau dari arah Magelang-muntilan-jl.wates-kalibawang-suroloyo. Atau anda ingi mencoba tracking anda bisa menggunakan jalur borobudur dan melewati jalan setapak. Untuk pendukung tempat wisata yang berupa warung makan masih minim sekali hanya ada beberapa warung kecil saja yang menyediakan kopi atau teh serta makanan alakadarnya.

Goa Kiskenda, Pesona Alam Bukit Menoreh

Jika Anda penggemar berat cerita pewayangan, tidaklah lengkap bila belum berkunjung ke Goa Kiskenda. Goa Kiskenda merupakan obyek wisata alam di pegunungan menoreh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Goa ini tepatnya terletak di Desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, bagian barat Daerah Istimewa Yogyakarta. Ruang bumi bentukan alam terletak pada ketinggian 1000 m diatas permukaan laut itu, berjarak sekitar 35 km dari kota Yogyakarta.

Bagi wisatawan yang ingin menuju lokasi perlu membawa kendaraan sendiri atau menyewa mobil, karena  angkutan umum yang memadai belum tersedia.

Salah satu rute menuju Goa Kiskenda, yakni dari perempatan tugu Yogyakarta ambil jalan kearah barat menuju Kota Godean. Sampai Kota Godean, teruskan perjalanan menuju wilayah Kenteng, dan lanjutkan ke barat hingga membelah pegunungan menoreh.

Bila anda bertolak dari keraton Yogyakarta, perjalanan bisa ditempuh melalui jalan kearah kota kecil Wates. Sampai di Sentolo ambil jalan ke arah kanan menuju Dekso/Magelang/Muntilan. Kurang lebih tujuh kilometer dari situ anda akan tiba di desa Janti. Anda tinggal ikuti rambu lalu lintas menuju ke Goa Kiskenda.

Pada rute terakhir mendekati lokasi, perjalanan tidak akan mengecewakan. Jalan aspal yang mulus plus pemandangan kiri kanan penuh perbukitan dan jurang terjal hijau memanjakan mata yang menikmati perjalanan wisata. Dalam titik-titik perjalanan kita juga dapat melihat hamparan sawah hijau dan indahnya kota Yogyakarta dari bukit menoreh, ditambah suasana hutan dengan suara khas berbagai binatang.

Meski angkutan umum menuju lokasi belum memadai, namun di lokasi goa, terdapat fasilitas yang mencukupi, yakni taman parkir yang luas, taman bermain untuk anak-anak, dan lokasi untuk berkemah.

Sebelum mencapai mulut goa, pengunjung kali ini harus menempuh anak tangga menjorok ke dalam jurang. Sampai di pelataran goa pengunjung akan disambut relief pertarungan antara Subali dan kedua raksasa penjaga goa.  Tak jauh dari mulut goa terdapat pohon besar yang mungkin sudah seusia goa tersebut.

Untuk masuk kedalam goa, kembali, pengunjung harus menuruni anak tangga yang cukup terjal. Suasana di dalam goa begitu dingin, ditambah iringan tetesan air dari langit-langit dengan stalaktit  ratusan tahun membuat suasana kuno dan tua semakin kuat. Sementara dari dasar bumi mencuat stalakmit yang tak kalah runcing dari stalaktit.

Di dasar goa air bersih mengalir dari sela-sela rekahan dinding, bahkan setelah masuk di kedalaman tertentu terdengar gemuruh air, menunjukkan derasnya aliran air yang menembus dari salah satu dinding goa.

Menurut legenda cerita pewayangan, alkisah di dalam goa ini akan terjadi peperangan antara Sugriwa (kera merah) dan Subali (kera putih) melawan Mahesasura (raksasa berkepala kerbau) dan Lembusura (raksasa berkepala sapi) sebagai penghuni goa.

Namun, kakak beradik Sugriwa dan Subali sepakat bahwa Subali yang akan masuk ke dalam gua melawan dua raksasa, sedangkan Sugriwa diminta menjaga pintu gua dimana terdapat air mengalir dari dalam mulut gua.

Subali berpesan kepada sang adik, jika air sungai mengalir darah merah maka Subali lah yang menang, dan jika mengalir darah putih maka sebaliknya Subali yang menuai kekalahan dan mulut gua harus segera ditutup agar para raksasa juga ikut mati di dalam gua.

Dalam cerita tersebut air yang mengalir ternyata berwarna merah dan putih. Sugriwa berkesimpulan bahwa pertempuran di dalam gua terjadi sampyuh atau mati keduanya, maka gua pun ditutup oleh Sugriwa karena dianggap tidak ada gunanya lagi.

Padahal yang terjadi di dalam gua, awal pertempuran memang berimbang dan kedua belah pihak terjadi luka sehingga mengalirkan darah merah dan putih. Namun berkat kesaktian kera putih, kedua raksasa dapat ditaklukkan. Ketika Subali akan keluar dari gua, dia panik karena pintu gua telah ditutup. Akhirnya dengan kekuatannya kera putih itu menerobos atap gua dan berhasil keluar. Sehingga di dalam gua Kiskenda, pengunjung dapat menyaksikan lubang yang menyembul ke permukaan perbukitan.

Untuk memudahkan pengunjung menikmati stalagtit dan stalakmit yang mempesona, pengelola telah memasang penerangan di dalam gua. Tata lampu membuat pencahayaan mampu membangkitkan suasana khidmat kepada pengunjung. Sementara efek pencahayaan dan atmosfer gua bagi pecinta wayang  bisa jadi menyeret mereka dalam kisah pertempuran kera putih melawan Mahesasura dan Lembusura.

PANTAI GLAGAH

Sebuah dataran pantai yang lapang akan segera menyapa jika berkunjung ke Pantai Glagah. Kelapangan dataran pantai ini memberi anda kesempatan untuk merentangkan pandangan ke seluruh penjuru. Merentang pandangan ke depan, anda bisa melihat garis horizon maha panjang yang mempertemukan langit dan lautan. Sementara keindahan kelokan garis pantai akan memanjakan mata bila mengalihkan pandangan ke barat atau timur.
Dataran pantai yang lapang dan garis pantai yang panjang juga memberikan anda sejumlah lokasi alternatif untuk melihat keindahan pemandangan pantai. Masing-masing lokasi seolah memiliki nuansa yang berbeda walau masih terletak dalam satu kawasan. Di setiap lokasi itu, anda bisa menikmati seluruh keindahan pantai dengan leluasa, sama sekali tak ada karang-karang raksasa yang kadang menghalangi pandangan mata.Lokasi pertama yang sangat tepat untuk melihat pemandangan pantai adalah sebuah lokasi yang akan dijadikan pelabuhan beberapa tahun ke depan. Anda bisa menjumpainya bila telah sampai di belokan pertama dari pos retribusi, tandanya adalah sebuah plang bertuliskan PP. Pertemuan aliran sungai dengan ombak lautan yang penuh harmoni bisa disaksikan dengan menaiki sebuah gardu pandang yang terdapat di sana.
Sepanjang lokasi pertama hingga beberapa ratus meter ke arah barat, anda bisa menjumpai sebuah laguna dengan aliran air yang menuju ke arah muara sungai. Laguna ini membagi kawasan pantai menjadi dua, lokasi yang masih ditumbuhi oleh beberapa tumbuhan pantai dan rerumputan dan lokasi gundukan pasir yang langsung berbatasan dengan lautan. Anda bisa menyeberang ke lokasi gundukan pasir melewati jalan penghubung yang terletak tak jauh dari muara sungai.
Berjalan lebih ke barat, anda bisa menyaksikan aktivitas warga sekitar dan beberapa wisatawan memancing ikan. Saat YogYES berkunjung, mereka tampak berdiri dan berbaris, berderet mengikuti garis pantai sambil memegang peralatan memancingnya. Daerah pantai yang cukup landai memberi anugerah ikan dalam jumlah yang cukup besar. Sejumlah kios yang menjajakan sea food juga terdapat, menyajikan beragam menu yang pantas untuk dicoba.
Selain pemandangan pantai yang indah, Pantai Glagah juga memiliki beragam fasilitas wisata pantai. Salah satu adalah area motor cross yang terletak persis di pinggir pantai dengan luas yang cukup besar, memberi kepuasan bagi anda penggemar olahraga ini. Sementara itu, jalan beraspal yang menghubungkan pantai Glagah dengan pantai-pantai lain bisa dimanfaatkan sebagai arena olah raga sepeda pantai.
Anda bahkan bisa menikmati fasilitas agrowisata pantai dengan mengunjungi perkebunan Kusumo Wanadri. Di sana, anda bisa mengamati proses budidaya beragam tanaman obat mujarab, seperti buah naga dan bunga roselle. Selain itu, anda juga bisa menyewa gethek, kano dan bebek dayung yang bisa digunakan untuk tur menyusuri laguna atau sekedar menyeberang lewat jembatan kayu menuju lokasi gundukan pasir di tepi pantai.
Lelah berkeliling, anda bisa beristirahat di gubug lesehan dalam kawasan areal perkebunan Kusumo Wanadri. Sejumlah menu makanan dan minuman eksotik pantas untuk dicoba. Anda bisa mencicipi jus buah naga yang menyegarkan dan dikenal mampu menyembuhkan beragam penyakit, atau memesan es sirup bunga roselle yang mampu melepas dahaga sekaligus menetralisir beragam jenis racun dalam tubuh.
Untuk menikmati keseluruhan keindahan pemandangan pantai Glagah, anda bisa melaju melintasi dua alternatif jalan. Pertama, berjalan ke selatan melewati jalan Bantul dan berbelok ke kanan menuju jalur Bantul - Purworejo setelah sampai di Palbapang. Kedua, berjalan ke barat melewati lintasan jalan Yogyakarta - Wates - Purworejo dan berbelok ke kiri setelah menjumpai plang menuju Pantai Glagah. Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi untuk lebih mudah mengaksesnya.
Perjalanan ke pantai ini tak sesulit perjalanan menuju pantai di wilayah Gunung Kidul. Jalan-jalan yang dilalui cenderung datar dan tak banyak tanjakan sehingga anda bisa menempuhnya sambil bersantai. Lintasan menuju kota Purworejo itu juga menghubungkan Pantai Glagah dengan pantai-pantai lain di Kabupaten Kulon Progo. Jadi, sekali mengayuh dayung, dua tiga pulau terlampaui, anda bisa mengunjungi pantai-pantai lain setelahnya.

PANTAI TRISIK

Pantai Trisik merupakan pantai pertama di Kabupaten Kulon Progo yang akan ditemui bila anda melaju melewati lintasan Bantul - Purworejo, melewati Palbapang dan Srandakan. Berlokasi di wilayah Brosot, Kabupaten Kulon Progo, berjarak sekitar 37 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Pantai Trisik terletak sangat dekat dengan jalan raya sehingga sangat mudah dijangkau menggunakan kendaraan pribadi.
Perjalanan ke Pantai Trisik akan terasa menyenangkan dan tak begitu melelahkan meski jaraknya cukup jauh. Jalan menuju pantai ini sangat halus dan minim tanjakan, terdapat pula warung makan di kanan kiri jalan yang bisa menjadi tempat beristirahat bila lelah. Melewati jalur Palbapang dan Srandakan, anda juga akan dapat menikmati pemandangan Sungai Progo ketika melewati jembatan penghubung Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.
Pantai Trisik memiliki kekhasan dibanding pantai-pantai lainnya di Kulon Progo, yaitu suasana pedesaan pesisir yang begitu terasa. Pantai, rumah-rumah warga, gubug-gubug yang menjajakan makanan dan jalan penghubung desa dengan kota terletak saling berdekatan. Beragam aktivitas warga sekitar yang memanfaatkan wilayah pesisir dan laut sebagai sumber penghidupan juga turut meperkuat suasana pedesaan pesisir itu.
Tempat pelelangan ikan adalah salah satu tempat yang akan dijumpai ketika memasuki wilayah pantai ini. Tempat ini menjadi jantung bagi warga Trisik yang berprofesi sebagai nelayan, sebab di situlah aktivitas jual beli ikan berlangsung. Biasanya, tempat ini ramai sejak sesaat ketika nelayan selesai melaut mencari ikan. Saat YogYES berkunjung, terdapat salah seolah nelayan yang tengah mengangkut ikan pari hasil tangkapannya.
Eksotisme pedesaan pesisir dengan dunia perikanan sebagai keseharian akan dijumpai begitu anda sampai di pantai. Jejeran perahu-perahu motor yang biasa digunakan warga untuk mencari bisa dijumpai. Tak jauh darinya, terdapat beberapa jala yang berserakan menunjukkan baru saja selesai digunakan. Sejuymlah kecil warga membuka warung-warung dari gedheg bagia beberapa wisatawan yang berkunjung, menjajakan minuman sekedarnya.
Di waktu tertentu, anda bisa menyasikan beragam jenis burung berlaga di angkasa pantai ini. Diyakini, Pantai Trisik adalah salah satu persinggahan burung migran dari berbagai wilayah. Jenis burung migran yang bisa dilihat antara lain trinil rawa, trinil pantai, trinil semak, kedidi leher merah, cerek kernyut, cerek kalung kecil dan layang-layang asia. Sementara itu, terdapat pula burung-burung non migran seperti kuntul kerbau, walet sapi dan udang biru.
Bila berjalan ke barat mengikuti arah jalan aspal menuju Pantai Glagah, anda akan menemukan aktivitas lain warga desa pesisir Trisik. Di kanan-kiri jalan itu, anda bisa menjumpai warga desa memanfaatkan panas matahari di wilayah pantai untuk mengeringkan eceng gondok yang diperoleh warga dari daerah Ambarawa. Saat YogYES berkunjung menjelang sore hari, mereka tengah mengumpulkan eceng gondok kering dan membaginya dalam beberapa ikat.
Eceng gondok yang telah dikeringkan itu disetor pada para pengrajin untuk dibuat tas, sandal dan beragam boks. Hasil kerajinan biasanya didistribusikan ke kota atau disetor pada pengusaha kerajinan di berbagai wilayah untuk diproses lebih lanjuut. Para pengrajin di kota biasanya melakukan proses finishing dengan menambah beragam aksosoris untuk mempercantik. Meski dalam skala kecil, aktivitas menjemur eceng gondok ini mampu memberi penghidupan pada warga.
Dengan nuansa pedesaan pesisir yang begitu kental, tentu Pantai Trisik sangat pantas untuk dimasukkan dalam agenda wisata anda. Tak banyak pantai yang memiliki nuansa yang masih asri dan sederhana seperti Pantai Trisik.


Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Photo & Artistik: Agung Sulistiono Mabruron

Wisata Waduk Sermo

Written By Unknown on Senin, 04 Februari 2013 | 05.02

Letak Waduk Sermo boleh dibilang cukup strategis, karena berada diantara dua bukit dan disekelilingnya masih banyak pepohonan dan adanya cagar alam atau hutan wisata yang membuatnya nampak hijau dan sejuk. Di sana terdapat jalan yang melingkari sekeliling waduk sehingga memudahkan pengunjung menikmati Waduk Sermo dari sudut pandang manapun dengan leluasa. Di sepanjang jalan melingkar itu terdapat tempat – tempat persinggahan berupa rumah jamur (berbentuk seperti jamur) dan juga rumah panggung. Terdapat pula warung makan, bengkel dan juga toilet umum. Disamping itu juga menyediakan wisma atau vila apabila kita ingin menikmati keindahan waduk pada malam hari. Bila ingin mengelilingi Waduk Sermo lewat air, disana juga disediakan penyewaan perahu atau sering pula masyarakat menyebutnya “gethek”. Perahu motor juga ada. Bila ingin memancing, kita tidak perlu membayar. Cukup membeli atau membawa sendiri peralatan untuk memancing. Meski pengunjung bebas memancing di Waduk Sermo, namun ada kawasan-kawasan tertentu yang dilarang karena berbahaya.

Waduk yang diresmikan oleh Presiden Soeharto 20 November 1996 silam dibuat dengan membendung Kali Ngrancah, dengan biaya pembangunan mencapai Rp 22 miliar dan diselesaikan dalam waktu dua tahun delapan bulan. Untuk pembangunan waduk ini, Pemda Kulon Progo melakukan transmigrasi massal alias “bedol desa”. Sebanyak 100 KK ditransmigrasikan ke Tak Toi Bengkulu dan 7 KK ditransmigrasikan ke Perkebunan Inti Rakyat (PIR) Kelapa Sawit Riau. Tujuan pembangunan waduk ini adalah untuk suplesi sistem irigasi daerah Kalibawang yang memiliki cakupan areal seluas 7.152 Ha. Sistem irigasi tersebut merupakan interkoneksi dari beberapa daerah irigasi.

Waduk Sermo ini terdiri dari bendungan utama yang merupakan tipe urugan batu berzona dengan inti kedap air. Puncak bendungan memiliki elevasi +141,60meterdengan panjang 190.00 meter, lebar 8,00 meter, tinggi max 58,60 Meter dan volume urugan 568,000 meter. Coffer Dam dengan tipe urugan batu dan selimut kedap air yang memiliki elevasi mercu+105,00 meter. Bangunan pelimpah dengan tipe "ogee" tanpa pintu yang memiliki lebar pelimpah 26 meter, elevasi mercu 136,60 meter, peredam energi bak lontar dan lantai peredam energi. Bangunan terowongan dengan bentuk tapal kuda dengan diameter 4,2 meter yang memiliki kapasitas 179,50 meter kubik per detik, elevasi inlet 89,00 meter dan elevasi outlet 84,00 meter. Selama ini Waduk Sermo dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan untuk air irigasi yang mengairi sawah di daerah Wates dan sekitarnya. Terkadang lokasi Waduk digunakan untuk lomba dayung seperti yang terjadi belakangan ini dan untuk pelatihan bagi Akademi Angkatan Udara (AAU), juga sering dijadikan obyek diskusi akademika tentang evaluasi geologi teknik dan kerentanan gerakan tanah di sekitar waduk tersebut (terutama pada sandaran dinding bendungan sebelah barat/kanan).

Pemandangan dan suasana Waduk Sermo ini cukup eksotik dan menawarkan keindahan konstruksi bendungan. Semilir angin pun bisa membuat Anda lebih santai sambil menikmati panorama waduk ini. Selain itu, perahu wisata yang ada di waduk ini siap membawa Anda berkeliling menikmati keindahan bendungan yang menawan. Gardu pandang juga dapat Anda gunakan untuk bersantai ria sambil melihat keindahan waduk dari ketinggian. Menikmati gardu ini tidak dikenakan biaya dan dijamin Anda dapat merasakan kesejukan dan kesegaran angin yang bertiup sepoy-sepoy. Di waduk ini,keamanan dan ketertiban menjadi kewajiban antara pengunjung maupun petugas keamanan yang harus dijaga bersama. Untuk menjaga keamanan di area waduk, pos keselamatan pun disiapkan dengan menerjunkan tujuh orang anggota SAR setiap harinya yang siap menolong pengunjung jika terjadi sesuatu di kawasan bendungan ini.
(Foto dan teks Muhammad Fardiansyah/www.kotajogja.com)

Bandara Kulon Progo Batal, Sultan Minta AP I Cari Alternatif

Written By Unknown on Minggu, 03 Februari 2013 | 08.16

Sri Sultan Hamengkubuwono X minta PT Angkasa Pura I segera mengajukan lokasi alternatif bandara baru di Yogyakarta. Sebab, lokasi semula dibatalkan karena harga tanahnya melambung.
Harga tanah di Kulonprogo yang diincar menjadi tempat pembangunan bandara itu tiba-tiba melesat menjadi Rp300-500 ribu dari sebelumnya di kisaran Rp20-50 ribu per meternya.
Sultan mengungkapkan pihak kraton hanya mematok harga sekitar Rp50 ribu permeternya guna penyediaan lahan bandara tersebut. "Ya saya mintanya Rp50 ribu per meter," ujar Sri Sultan di Jakarta, Senin 28 Januari 2013.
Sebab itulah Sultan meminta kepada PT Angkasa Pura I untuk mengajukan lokasi alternatif guna merealisasikan pembangunan bandara tesebut.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta itu akan mengajukan rekomendasi tempat kepada Angkasa Pura. "Saya tidak mau ngomong dimana, nanti kalau saya ngomong harga tanah akan naik lagi." (eh)

Masyarakat Inginkan Kota Wates Berubah


Kondisi kota Wates sebagai ibukota Kabupaten Kulonprogo masih dirasa oleh warga masyarakat belum terjadi perubahan dari dulu sampai sekarang,  hal ini kadang juga diungkapkan oleh warga asal yang tinggal di Kota-kota Besar ketika pulang kampung atau mudik di hari Lebaran.                Seperti di ungkapkan Karip warga desa Sidorejo Kecamatan Lendah, bahwa belum adanya perubahan serta daya tarik kota Wates yang masih dirasa sama sejak kecil hingga sekarang, penghijauan pun masih kurang. "Saya warga Kulonprogo asli, sejak kecil sampai sekarang Kota Wates gak ada daya tariknya masih sama saja, penghijauan juga masih kurang, mohon Jl.Diponegoro yang sudah dilebarkan diberi pepohonan agar asri,rindang dan sejuk,"kata Karip kepada Bupati Kulonprogo dr.H.Hasto Wardoyo,Sp.OG(K), yang turut berpartisipasi dalam acara Dialog Interaktif melalui  RBTV yang dikemas dalam Bincang-Bincang Sore, Kamis (31/1).
                Selain Bupati acara yang bertemakan Bela Beli Kulonprogo dan merupakan kegiatan Bagian TI dan Humas Setda Kulonprogo juga menghadirkan narasumber Kepala Bappeda Kulonprogo Ir.Agus Langgeng Basuki.
                Masukan lain dari Budi di Ksatarian Wates tentang masih semrawutnya parkir kendaraan di Kota Wates dan penertiban petugas sehingga retribusi ke kas daerah dapat meningkat tidak masuk oknum petugas parkir. Sementara Eko mengaku warga desa Karangwuni Wates mengkritisi masih banyaknya para pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki.
                Terkait dengan beberapa masukan warga masyarakat tersebut, Bupati Hasto membenarkan kondisi kota Wates yang masih belum berubah, namun demikian telah dilakukan perencanaan penataan Kota Wates dalam beberapa tahun kedepan sehingga terjadi perubahan.    "Upaya secara bertahap yang telah dan akan berlangsung  dengan melakukan pelebaran beberapa ruas jalan sehingga parkir kendaraan tidak menganggu lalu lintas kendaraan yang sedang lewat. Hal ini sekaligus untuk menata trotoar kembali sebagai pejalan kaki bukan untuk pedagang kali lima dengan pelabaran jalan di beberapa ruas trotoar  yang masih lebar,"terang Hasto.
                Sedangkan upaya yang telah dilakukan kepada pedagang dengan melokalisir di sekitar Alun-alun Wates, seperti sebelumnya para pedagang di tetek timur. Beberapa pedagang lain diharapkan berjualan di sekitar Alun-alun Wates, terlebih kompetisi sepakbola  akan digelar di Alun-alun Wates hampir setiap sore, menjadikan lebih ramai dan hidup dan pedagang kali lima menjadi laku.
                "Untuk membuat kota Wates yang Ijo lan Resik (hijau dan bersih), secara bertahap telah dilakukan penanaman pohon maupun taman, serta menghilangkan kontainer sampah, sehingga masyarakat turut serta dalam mengelola sampah,"terang Hasto.
                Sedangkan terkait dengan tema Bela dan Beli Kulonprogo, Hasto mengatakan bahwa kondisi masyarakat saat ini cenderung konsumtif atau boros  tidak hemat karena banyak membeli produk-produk luar dan belum membeli produk Indonesia bahkan produk lokal. Pemkab Kulonprogo mengawali gerakan mencintai produk lokal diantaranya dengan memanfaatkan dan memakai Batik Geblek Renteng  sebagai ciri khas Kulonprogo.
                "Salah satu upaya mewujudkan gerakan Bela dan Beli dengan memakai produk lokal, seperti Batik Geblek  Renteng yang asli dan dibikin oleh pengrajin Kulonprogo, Bupati, Pejabat, anak sekolah sudah memakai setiap minggu sekali, sehingga kalau ketemu seseorang dimanapun menjadi tahu ..oo..itu orang Kulonprogo,"terang Hasto yang saat itu mengenakan Baju batik Geblek Renteng warna merah.  (MC)

Sumber : Pemerintah Kab. Kulon Progo 

PBB Akan Dikelola Pemkab


Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan (PBB-P2) di Kulonprogo akan segera dikelola Pemkab. Pengalihan pengelolaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah tersebut dimaksudkan agar bisa lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga dapat mendukung visi Pemkab.Demikian dikatakan Wakil Buati Drs H Sutedjo saat membacakan penyampaian dua Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dalam rapat paripurna (rapur) DPRD, Jumat (1/2) di gedung dewan setempat. Rapur dipimpin Ketua DPRD Yuliardi SAg, diikuti oleh segenap anggota dan dihadiri
kepala SKPD di lingkungan Pemkab. Dua Raperda yang disampaikan oleh eksekutif adalah tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan serta Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Raperda PBB-P2, tambah Wabup, mengatur berbagai hal yang terkait dengan pengelolaannya. Diantaranya, tentang obyek pajak, subyek
pajak, besaran tarif dan tata cara penghitungannya. Disamping itu juga tentang hak dan kewajiban pihak-pihak yang berkepentingan dalam pemungutan pajak serta sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan dalam raperda, terangnya.
Mengenai Raperda Pengelolaan Sampah, Wabup menyatakan, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya aktivitas kehidupan masyarakat, berdampak pada semakin banyaknya timbulan sampah. Baik berupa sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Apabila tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan berbagai masalah bagi Pemkab maupun masyarakat, katanya.
Ditambahkan, salah satu upaya untuk mengantisipasi permasalahan tersebut perlu diambil kebijakan dalam pengelolaan sampah dengan tujuan untuk terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat menuju terwujudnya kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. "Dalam menyusun kebijakan ini, Pemkab berupaya semaksimal mungkin agar pelaksanaannya dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kulonprogo," ujar Sutedjo.
Usai rapur, Yuliardi mengatakan, pengelolaan PBB-P2 oleh Pemkab kemungkinan baru bisa dilaksanakan tahun 2014 mendatang. Karena
sekarang Raperda-nya baru akan dibahas oleh dewan. Setelah Perda disetujui untuk disahkan, Pemkab akan mempersiapkan perangkat untuk pengelolaannya. "Paling cepat tahun depan," tandas politisi PAN tersebut. (ny)

Sumber: Pemerintah Kab.Kulon Progo

Pabrik Bijih Besi Tak Beoleh Dibangun di Karangwuni

Written By Unknown on Sabtu, 02 Februari 2013 | 09.14

 

KULONPROGO—Pemerintah Kabupaten Kulonprogo menilai rencana PT Jogja Magasa Iron membangun parik bijih besi di Karangwuni, Wates terlalu prematur. Hal itu dianggap hanya wacana belaka.Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kulonprogo Agus Langgeng Basuki mengatakan rencana pembangunan pabrik di wilayah Karangwuni melanggar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah disahkan akhir 2011 lalu. “Di sana [Karangwuni] bukan diperuntukkan bagi lokasi industri,” ujar dia, Kamis (31/1/2013). PT JMI boleh-boleh saja merencanakan pembangunan pabrik di wilayah barat karena berdasarkan isi kontrak karya, lokasi pabrik memang harus di dalam areal pertambangan.
Namun, jika membangun pabrik tentu harus mengacu juga pada RTRW, baik kabupaten maupun provinsi.
“Dalam RTRW kabupaten, daerah industri berada di sisi timur dari Sentolo, Lendah dan Galur sementara RTRW provinsi, daerah industri itu berlanjut dari sisi timur Kulonprogo terus ke Bantul seperti di Pajangan dan Srandakan. Kalau JMI bangun di barat, otomatis menyalahi RTRW,” lanjut Langgeng.
Jika tetap ngotot membangun pabrik di sebelah barat wilayah pertambangan, ia memastikan proses pembangunan pabrik terhambat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) karena pengesahannya harus mengacu pada RTRW. Izin Knstruksi yang sudah turun dari Kementerian ESDM tetap tidak bisa dijadikan acuan mendirikan pabrik di sisi barat.
 
Support : West-Jogya
Copyright © 2011. West Jogya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger